Arti penting stres
*pengertian stres
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan
sebagai:
- Stimulus, yaitu
stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau
disebut juga dengan stressor.
- Respon, yaitu stress merupakan suatu respon
atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut,
cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
- Proses, yaitu
stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
*efek-efek stres
9 efek stres menurut detik.com
1. Membantu sel kanker bertahan hidup
Dalam studi yang dilakukan Wake
Forest University dengan menggunakan hewan percobaan menunjukkan stres dapat
membantu sel-sel kanker bertahan terhadap obat anti-kanker. Hasil ini
dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation.
Ketika mengalami stres, obat
anti-kanker yang diberikan jadi kurang efektif dalam membunuh sel-sel kanker,
dan sel ini tetap bisa bertahan hidup. Untuk itu manajemen stres penting bagi
pasien kanker untuk meningkatkan hasil pengobatan.
2. Otak jadi menyusut
Studi baru dari Yale University
menunjukkan stres seperti akibat kerjaan atau perceraian benar-benar bisa
mengecilkan otak dengan mengurangi materi abu-abu di daerah yang terkait dengan
emosi dan fungsi fisiologis.
Para peneliti memperingatkan hasil
studi ini penting karena perubahan pada daerah abu-abu di otak dapat menjadi
sinyal masalah kejiwaan di masa depan.
3. Anak mengalami penuaan dini
Tekanan ekstrem yang dialami anak
misalnya akibat kekerasan sejak dini bisa menyebabkan sel-sel di tubuhnya
mengalami penuaan dini.
Hasil studi yang diterbitkan dalam
jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan anak yang terintimidasi dan menjadi
saksi atau korban kekerasan saat kecil memiliki telomere yang lebih pendek.
Telomere pendek menjadi tanda terjadinya penuaan yang lebih cepat.
4. Efek stres bisa diturunkan ke
generasi berikutnya
Efek stres yang ada dalam gen
seseorang bisa diwariskan dari generasi ke generasi, jadi tidak hanya berdampak
pada orang itu sendiri tapi juga keturunannya. Sebelumnya efek gen ini dianggap
terhapus pada generasi sebelumnya, tapi ternyata tidak, karena bisa menurun ke
generasi berikutnya.
5. Memicu gejala depresi
Penelitian dari U.S. National
Institute on Mental Health menunjukkan stres berperan dalam perkembangan
depresi dan mempengaruhi perilaku, seperti mudah menyerah dan merasa sedih
setiap waktu. Jika sudah terjadi depresi, maka perlu bantuan dokter dalam
menanganinya.
6. Meningkatkan risiko penyakit
kronis
Dalam jurnal Annals of Behavioral
Medicine peneliti mengungkapkan orang yang lebih tertekan dan cemas mengenai
tekanan kehidupan sehari-hari cenderung lebih berisiko memiliki kondisi
kesehatan kronis (gangguan jantung atau arthritis) dalam waktu 10 tahun
mendatang, dibanding dengan orang yang menjalani hidup lebih santai.
7. Risiko stroke meningkat
Studi yang dipublikasikan dalam
Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry mendapatkan orang yang stres
lebih mungkin memiliki risiko stroke lebih tinggi. Orang yang sering stres dan
memiliki tipe perilaku A (sering merasa tegang, tidak sabaran dan agresif)
berhubungan dengan risiko tinggi stroke, dan hubungan ini tidak berdasarkan
jenis kelamin.
8. Membahayakan kesehatan jantung
Merasa cemas dan stres dihubungkan
dengan risiko 27 persen lebih tinggi terkena serangan jantung. Stres ini tidak
hanya tingkatkan risiko serangan jantung, tapi juga mempengaruhi seberapa baik
seseorang bisa bertahan setelah kena serangan jantung.
Jika seseorang stres maka risikonya
42 persen lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu 2 tahun setelah dirawat
akibat serangan jantung. Untuk itu apapun yang dilakukan agar bisa mengurangi
stres dapat meningkatkan kesehatan jantung di masa depan.
9. Pilek makin memburuk
Stres memiliki dampak bagi sistem
kekebalan tubuh yang membuat pilek jadi makin memburuk. Ini karena ketika
seseorang stres, tubuh memproduksi hormon kortisol lebih banyak yang justru
menjadi bencana bagi proses inflamasi di tubuh.
Ketika stres maka sistem kekebalan
tubuh menurun, pada saat yang sama terkena tubuh terkena virus yang memicu
respons inflamasi. tapi sayangnya tubuh tidak memiliki mekanisme yang cukup
untuk melawan sehingga terkena flu, pilek atau memperburuk kondisi.
*General Adaptation Syndrom – Hans
Selye
Ilmuwan Hans Selye (1907-1982)
memperkenalkan model Sindrom Adaptasi Umum pada tahun 1936 menunjukkan dalam
tiga tahap apa dugaan efek stres memiliki pada tubuh.
Dalam karyanya, Selye – ‘bapak
penelitian stres,’ mengembangkan teori bahwa stres adalah penyebab utama dari
penyakit karena stres kronis menyebabkan perubahan kimia dalam jangka panjang.
Dia mengamati bahwa tubuh akan
merespon setiap sumber biologis eksternal stres dengan pola biologis diprediksi
dalam upaya untuk memulihkan homeostasis internal tubuh.
Reaksi hormonal awal adalah melawan
atau respon penerbangan stres – dan tujuannya adalah untuk menangani stres
sangat cepat! Proses perjuangan tubuh untuk menjaga keseimbangan adalah apa
yang disebut Selye, General Adaptasi Syndrome.
Tekanan, ketegangan, dan stressor
lainnya dapat sangat mempengaruhi metabolisme normal Anda. Selye ditentukan bahwa
ada pasokan energi yang terbatas adaptif untuk mengatasi stres. Jumlah itu
menurun seiring dengan paparan terus-menerus.
“Setiap stres meninggalkan bekas
luka yang tak terhapuskan, dan organisme membayar untuk kelangsungan hidupnya
setelah situasi stres dengan menjadi sedikit lebih tua.”
~ Hans Selye
Akan melalui serangkaian langkah,
tubuh Anda secara konsisten bekerja untuk mendapatkan kembali stabilitas.
Dengan sindrom adaptasi umum, respon adaptif manusia terhadap stress memiliki
tiga tahap yang berbeda:
ALARM
Reaksi pertama Anda untuk
menekankan mengakui ada bahaya dan mempersiapkan untuk menghadapi ancaman,
alias melawan atau respon penerbangan. Aktivasi dari sumbu HPA, sistem saraf
(SNS) dan kelenjar adrenal terjadi.
Selama fase ini hormon stres
kortisol utama, adrenalin, dan noradrenalin, dilepaskan untuk menyediakan
energi instan. Jika energi ini tidak digunakan berulang kali oleh aktivitas
fisik, dapat menjadi berbahaya.
Terlalu banyak hasil adrenalin
dalam lonjakan tekanan darah yang dapat merusak pembuluh darah jantung dan otak
– faktor risiko serangan jantung dan stroke.
Kelebihan produksi hormon kortisol
dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan otot. Gangguan terkait stres
dan penyakit dari kortisol termasuk kondisi kardiovaskular, stroke, ulkus
lambung, dan kadar gula darah tinggi.
Pada tahap ini semuanya bekerja
sebagaimana mestinya – Anda memiliki acara stres, tubuh Anda alarm Anda dengan
sentakan tiba-tiba perubahan hormonal, dan Anda sekarang segera dilengkapi
dengan energi yang cukup untuk menanganinya.
TAHANAN
Tubuh bergeser ke fase kedua ini
dengan sumber stres yang mungkin diselesaikan. Homeostasis mulai memulihkan
keseimbangan dan periode pemulihan untuk perbaikan dan pembaharuan berlangsung.
Kadar hormon stres dapat kembali
normal tetapi Anda mungkin telah mengurangi pertahanan dan meninggalkan energi
adaptif.
Jika kondisi stres berlanjut, tubuh
Anda beradaptasi dengan upaya lanjutan dalam perlawanan dan tetap dalam keadaan
terangsang.
Masalah mulai terwujud ketika Anda
menemukan diri Anda mengulangi proses ini terlalu sering dengan sedikit atau
tanpa pemulihan. Akhirnya ini bergerak Anda ke tahap akhir.
KELELAHAN
Pada tahap ini, stres telah
berlangsung selama beberapa waktu. Kemampuan tubuh Anda untuk melawan hilang
karena pasokan energi adaptasi hilang. Sering disebut sebagai overload,
kelelahan, kelelahan adrenal, maladaptation atau disfungsi – Di sinilah tingkat
stres naik dan tetap up!
Proses adaptasi selesai dan tidak
mengherankan, tahap ini sindrom adaptasi umum adalah yang paling berbahaya
untuk kesehatan Anda.
Stres kronis dapat merusak sel-sel
saraf pada jaringan dan organ. Terutama rentan adalah bagian hippocampus otak.
Berpikir dan memori cenderung menjadi terganggu, dengan kecenderungan kecemasan
dan depresi.
Ada juga dapat merugikan fungsi
dari sistem saraf otonom yang memberikan kontribusi untuk tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, rheumatoid arthritis, dan penyakit terkait stres lainnya.
Tahapan progresif sindrom adaptasi
umum jelas menunjukkan di mana memiliki stres yang berlebihan dapat
menyebabkan. Diberi pilihan, mengapa ada orang yang sengaja memilih jalan ini?
Anda mungkin ingin memeriksa beberapa teknik relaksasi atau mungkin strategi
menghilangkan stres herbal untuk membantu membawa ini di bawah kontrol.
*Faktor inividual dan sosial-
penyebab stres
Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur
sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres
para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan
ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka
seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi
yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau
menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan
yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan
adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini
menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang
terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan
individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh,
bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh
suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya
layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber
stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan
tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang
dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang
mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah
tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan
hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara
para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari
masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang
melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi.
berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan
masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang
menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup
yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang
menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan.
Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala
stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan
varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal
ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki
kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif
dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara
signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala
stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari
kepribadian orang itu.
*Tipe Stres Psikologis
a. Tekanan
Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, tekanan adalah
suatu sifat atau atributif dari suatu objek lingkungan atau orang yang
memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
tertentu. Contohnya, Ani adalah anak yang aktif baik dalam bidang akademik
maupun sosial, Ani memiliki cita-cita sebagai sosialita, sehingga ia
berkehendak untuk mengikuti segala kegiatan, tetapi orang tuanya menentang
sebab orang tuanya takut kalau nanti Ani terseret dalam pergaulan bebas. Dan
karena tujuan yang ia rintis tidak dapat terlaksana Ani justru menjadi sangat
tertekan sehingga ia memilih memisahkan diri “pendiam”.
b. Frustasi
Menurut Siswanto, frustasi terjadi bila antara harapan yang
diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai.
Menurut Atkinson, dkk, frustasi terjadi bila gerak arah
tujuan yang diinginkan terhambat atau tertunda. Contohnya adalah Dewa adalah
seorang mahasiswa yang berambisius untuk mendapatkan nilai IPK tertinggi
diantara teman-temannya, tetapi ketika nilai sudah keluar Dewa tidak
mendapatkan nilai IPK yang ia inginkan, sehingga ia frustasi dan memaki dirinya
sendiri serta menghukum dirinya.
c. Konflik
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif
bertentangan (dalam, Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983). Misalnya:
Seseorang yang baru saja menyelesaikan sekolahnya ditingkat Menengah Atas,
kemudian ia dihadapkan oleh dua pilihan yaitu ia ingin menjadi mahasiswa di
Universitas diluar negeri, padahal anak
tersebut adalah salah satu anak yang termasuk unggul dalam bidang akademiknya,
tetapi orang tuanya tidak mengijinkan justru orang tuanya menyarankan anak
tersebut melanjutkan kuliahnya di Universitas tempat Pamannya bekerja sebagai
dosen, sehingga menimbulkan konflik bagi si anak tersebut, baik konflik
internal (dengan dirinya) maupun eksternal (dengan lingkungan sekitarnya,
seperti keluarga).
d. Kecemasan
Yang dimaksud dengan kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”,
“Keprihatinan”, dan “Rasa Takut” yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan
yang berbeda-beda (dalam,Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
Orang yang mengalami gangguan kecemasan dilanda
ketidakmampuan menghadapi perasaan cemas yang kronis dan intens, perasaan
tersebut sangat kuat sehingga mereka tidak mampu berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal: Perspektif Klinisi pada Gangguan
Psikologis, Richard P.Halgin dan Susan Krauss, 2010). Contohnya adalah seorang
wanita yang berjalan sendirian pada malam hari di tempat yang sepi, dengan
cahaya yang remang-remang secara otomatis ia akan merasa takut yang luar biasa
bahkan mungkin tingkat kecemasannya menjadi tinggi, karena ia berfikir
(biasanya) di malam hari, di temapat yang sepi dapat dijumpai hantu, penjahat
dll. Karena fikirannya yang berhalusinasi maka ia akan merasa sangat ketakutan.
Symptom-reducing response terhadap stres
Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu (dalam
Kesehatan Mental: Konsep, Cangkupan, dan Perkembangannya, 2007):
1. Tindakan Langsung (Direct Action)
Yaitu setiap usaha tingkah laku yan dijalankan oleh individu
untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara
mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Hal ini terfokuskan
terhadap masalah artinya seseorang ketika menghadapi konflik-stres agar dapat mencari
tahu sebab-musabab mengapa ia menjadi stres dan apa yang ia rasakan kemudian ia
hubungkan terhadap lingkungan, bagaimana efeknya untuk lingkungan, jika yang
terjadi adalah menjadi semakin kompleks, maka kita harus mengubah pandangan
stres kita dengan melakukan pengalihan, contohnya setelah ditinggalkan oleh
pacarnya Mitha merasa kecewa dan sedih sehingga mempengaruhi moodnya terhadap
lingkungannya, karena moodnya sedang buruk ia terlihat lebih sensitif lalu
orang-orang menjauhinya (tidak ingin membuat Mitha semakin marah), karena
ketidak stabilan moodnya yang merugikan dirinya, maka Mitha bangkit dari rasa
sedihnya, da Mitha kembali ceria seperti sedia kala.
2. Peredaran atau Peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan
atau menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan atau fisik, motorik atau gambaran
afeksi dari tekanan emosi yan dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.
Pada jenis koping ini bertitik fokus pada emosi yang ditimbulkan dari
lingkunga. Contohnya, dahulu ketika Mia bersekolah Mia selalu masuk dalam
sekolah negeri dan ketika ia berkuliah Mia tidak dapat masuk dalam peruruan
tinggi negeri sehingga ia melanjutkan ke perguruan tinggi swasta, akhirnya Mia menjadi
sedih, dan sangat kecewa, akhirnya untuk menghilangkan rasa kecewanya Mia
berusaha menerima kenyataannya kemudian demi menenangkan dirinya sendiri Mia
selalu (terkadang) berkhayal bahwa Mia sedan berkuliah di perguruan tinggi
negeri.
*Mekanisme Pertahanan Diri
Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme
pertahanan ego/diri pada manusia merupakan sebuah senjata tersembunyi yang
dimiliki, dan siap digunakan jika ego/diri terasa terancam. Menurut teori
psikoanalisa mekanisme pertahanan diri membantu individu mengatasi kecemasan
dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme pertahanan diri ini tidak selalu negatif
dan patologis tetapi bisa sebagai cara satu cara penyesuaian diri untuk
menghadapi suatu kenyataan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ini digunakan oleh individu
tergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Mekanisme-mekanisme pertahanan memiliki dua ciri yaitu “menyangkal atau
mendistorsi dan beroperasi pada taraf ketidaksadaran manusia”.
Dibawah ini contoh-contoh mekanisme pertahanan diri (defend
mechanism) yang biasa dilakukan individu:
Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan “menutup
mata (pura-pura tidak melihat)” terhadap sebuah kenyataan yang mengancam.
Individu menolak sejumlah aspek kenyataa yang membangkitkan kecemasan.
Kecemasan atas kematian orang yang dicintai misalnya,
dimanifestasikan oleh penyangkalan terhadap fakta kematian. Dalam
peristiwa-peristiwa trags seperti perang atau bencana-bencana lainnya,
orang-orang sering melakukan penyangkalan terhadap kenyataan-kenyataan yang
menyakitkan untuk diterima.
Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan peristiwa-peristiwa tertentu
yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada
diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya
hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan mengutuk
orang lain karena kejahatannya dan menyangkal memiliki dorongan jahat seperti
itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui bahwa di dalam dirinya
terdapat dorongan yang dianggapnya jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan
ini.
Fiksasi
Fiksasi maksudnya adalah terpaku pada tahap-tahap
perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ketahap selanjutnya bisa
menimbulkan kecemasan. Anak yang terlalu bergantung menunjukkan pertahanan
berupa fiksasi, untuk menghadapi kecemasan anak, hal ini dapat menghambat anak
dalam belajar mandiri.
Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan lebih
awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar. Contohnya, seorang anak
yang takut sekolah memperlihatkan tingkah laku infantile seperti menangis,
mengisap ibu jari, bersembunyi dan menggantungkan diri pada guru.
Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang
“baik/benar” guna menghindari ego yang terluka; memalsukan diri sehingga
kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan. Orang yang tidak
memperoleh kedudukan mengemukakan alasan, mengapa dia begitu senang tidak
memperoleh kedudukan sesungguhnya yang diinginkannya. Atau seorang pemuda yang
ditinggalkan kekasihnya, guna menyembuhkan egonya yang terluka ia menghibur
diri bahwa sigadis tidak berharga dan bahwa dirinya memang akan menendangnya.
Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi
atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
Contohnya, dorongan agresif yang ada pada seseorang disalurkan kedalam
aktivitas bersaing di bidang olahraga sehingga dia menemukan jalan bagi
pengungkapan jalan agresifnya, dan sebagai tambahan dia bisa memperoleh imbalan
apabila berprestasi dibidang olahraga itu.
Displacement
Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau
orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa
dijangkau. Seorang anak yang ingin menendang orangtuanya dialihkan kepada
adiknya dengan menendangnya atau membanting pintu.
Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau
yang bisa membangkitkan kecemasan; mendorong kenyataan yang tidak diterima
kepada ketidaksadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan.
Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting, yang menjadi
basis bagi banyak pertahanan ego lainnya dan bagi gangguan-gangguan neurotic.
Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan
dengan hasrat-hasrat tak sadar; jika perasaan-perasaan yang lebih dalam
menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan
guna menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu. Contohnya
seorang ibu yang memiliki perasaan menolak terhadap anaknya, karena adanya
perasaan berdosa, ia menampilkan perasaan yang berlawanan yakni terlalu
melindunginya atau “terlalu mencintainya”. Orang yang menunjukkan sikap yang
menyenangkan yang berlebihan atau terlalu baik boleh jadi berusaha menutupi
kebencian dan perasaan-perasaan negatifnya.
Strategi Coping untuk Mengatasi Stres
Coping Sebagai Salah Satu Cara Mengurangi Stress adalah
artikel lanjutan dari artikel sebelumnya tentang pengertian stress. Coping
Sebagai Salah Satu Cara Mengurangi Stress diharapkan bisa memberikan sedikit
pemahaman treatment seperti apa yang bisa mengurangi stress.
Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental
maupun perilaku, untuk menguasai,
mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang
penuh tekanan. Dengan perkataan lain
strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk
menanggani dan menguasai situasi stres
yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya
digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu
secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau
situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh
tekanan. Hasil penelitian membuktikan
bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah
yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Faktor yang
menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat
tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu
kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan
problem-solving focused coping dalam menghadapai masalah-masalah yang
menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau
pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused
coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol
seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat
seperti kanker atau Aids.
Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti
dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi
coping ,yaitu active & avoidant
coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative).
Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang
individu terhadap sumber stres, sementara avoidant coping merupakan strategi
yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara
melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi
yang berpotensi menimbulkan stress. Apa
yang dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan
suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang
sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat
atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan.
Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme pertahanan diri
tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap
ancaman.
Berdasarkan pengertian coping diatas, tahajud dapat
digolongkan sebagai emotion-focused coping, karena dengan tahajud dijadikan
usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang
akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan (stress). Tapi,
tahajud juga dapat digolongkan sebagai problem-solving focused coping, apabila
dalam tahajud tersebut individu mencari atau memikirkan penyelesaian dari
masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres.
sumber
http://www.essenceofstressrelief.com/general-adaptation-syndrome.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://health.detik.com/read/2013/02/05/152425/2161718/763/ketahuilah-ini-9-efek-mengerikan-dari-stres
http://infokesmas4us.blogspot.com/2012/07/gejala-stres-efek-pada-tubuh-perasaan.html
No comments:
Post a Comment